Masa Depan Suriah: Pertemuan Diplomat Eropa dan Timur Tengah di Riyadh
Pertemuan Diplomat di Riyadh
Pada Minggu, 12 Mei, diplomat-diplomat tinggi Eropa dan Timur Tengah berkumpul di Riyadh, Arab Saudi, untuk membahas masa depan Suriah. Pertemuan ini menjadi sorotan internasional karena Suriah telah mengalami pergolakan politik yang berdampak besar pada rakyatnya.
Pendekatan Terhadap Suriah Pasca Penggulingan Assad
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menyatakan bahwa sanksi terhadap pejabat Suriah yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan harus tetap diberlakukan. Namun, ia juga menyerukan pendekatan yang cerdas untuk memberikan bantuan kepada warga Suriah setelah penggulingan pemerintahan Bashar Al Assad pada 8 Desember lalu.
Kepemimpinan Baru di Suriah
Kelompok pemberontak Hayat Tahrir Al Sham berhasil menggulingkan pemerintahan Assad dan mengakhiri kekuasaan keluarganya yang telah berlangsung puluhan tahun. Dengan keberhasilan ini, dunia internasional diharapkan dapat memberikan bantuan untuk membangun kembali Suriah yang hancur akibat konflik.
Sanksi terhadap Pemerintahan Assad
Sebagian besar negara telah memutuskan hubungan dengan Assad dan memberlakukan sanksi terhadap pemerintah Suriah dan sekutunya, Rusia dan Iran. Hal ini dilakukan atas dugaan kejahatan perang dan produksi obat perangsang mirip amfetamin, Captagon, yang telah menyebabkan kerugian besar bagi Suriah.
Harapan Masyarakat Suriah
Dengan kepergian Assad, masyarakat Suriah berharap agar dunia internasional dapat memberikan bantuan untuk membangun infrastruktur yang hancur dan memulihkan perekonomian yang layak bagi warga Suriah. Mereka berharap masa depan Suriah akan lebih baik tanpa kekuasaan pemerintah yang otoriter.
Kesimpulan
Pertemuan diplomat-diplomat Eropa dan Timur Tengah di Riyadh menjadi langkah awal untuk membahas masa depan Suriah pasca penggulingan pemerintahan Assad. Dengan dukungan dari berbagai negara, diharapkan Suriah dapat bangkit dan memulihkan kondisinya untuk kesejahteraan rakyatnya.