Dunia  

Jurnalis Prancis Diamankan Sementara oleh Militer Israel di Wilayah Golan

Jurnalis Prancis Diamankan Sementara oleh Militer Israel di Wilayah Golan

Jurnalis Prancis Ditahan oleh Pasukan Israel di Dataran Tinggi Golan

Pada Rabu (8/1), seorang jurnalis Prancis ditahan sementara oleh pasukan Israel di zona penyangga yang sebelumnya memisahkan pasukan Israel dan Suriah di Dataran Tinggi Golan. Kejadian ini terjadi sebelum Israel memasuki zona tersebut bulan lalu, seperti yang dilaporkan oleh pihak militer Israel.

Kejadian Penahanan

Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, menjelaskan dalam sebuah konferensi pers bahwa jurnalis tersebut ditahan karena “berada terlalu dekat dengan tentara” dan kemudian diinterogasi sebelum dilepaskan. Sylvain Mercadier, seorang reporter lepas yang bekerja untuk majalah Prancis Marianne, mengalami perlakuan kasar selama lebih dari empat jam bersama rekannya, Mohammed Fayad.

Reaksi dari Jurnalis

Setelah kejadian tersebut, Mercadier menulis di platform X bahwa mereka berdua juga mengalami pencurian peralatan oleh tentara Israel. Namun, Letnan Kolonel Shoshani membantah klaim tersebut dan menyatakan bahwa tidak ada peralatan yang diambil oleh pasukan Israel.

Reaksi dari Organisasi Pers

Reporters Without Borders (RSF), lembaga pemantau pers, merasa lega setelah Mercadier dan rekannya dibebaskan. Mereka menyatakan bahwa kedua jurnalis tersebut telah diserang dan ditangkap oleh angkatan bersenjata Israel sebelum akhirnya dilepaskan.

Intervensi Israel di Dataran Tinggi Golan

Pasukan Israel memasuki zona penyangga yang diawasi PBB di Golan pada awal Desember lalu. Tindakan ini dilakukan sebagai respons terhadap serangan cepat pemberontak yang menggulingkan rezim kuat Suriah di bawah Bashar al-Assad. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk langkah Israel tersebut sebagai pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata 1974 dengan Suriah.

Kesimpulan

Dengan demikian, kejadian penahanan jurnalis Prancis oleh pasukan Israel di Dataran Tinggi Golan menjadi sorotan internasional. Hal ini menimbulkan perdebatan mengenai keamanan jurnalis dalam melaksanakan tugas mereka di zona konflik. Semoga kejadian ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk menghormati kebebasan pers dan melindungi hak-hak jurnalis dalam melaporkan berita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *