Iran telah mengumumkan rencananya untuk memulai proses pengayaan uranium dengan ribuan mesin sentrifugal canggih di dua fasilitas nuklir utamanya di Fordo dan Natanz. Tindakan ini telah menimbulkan ketegangan baru terkait program nuklir Iran, karena mereka akan melakukan pengayaan pada tingkat yang hampir setara dengan senjata nuklir.
Reaksi Internasional Terhadap Langkah Iran
Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) telah memberikan pernyataan terkait langkah Iran ini. Mereka menyebutkan bahwa Iran akan memperkaya uranium dengan sentrifugal baru hingga kemurnian 5 persen, yang jauh lebih rendah dari tingkat pengayaan 60 persen yang dilakukan saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa Iran masih berusaha untuk bernegosiasi dengan Barat dan pemerintahan Presiden terpilih, Donald Trump.
Perbedaan Pendekatan Trump terhadap Iran
Masih belum jelas bagaimana Presiden terpilih, Donald Trump, akan mendekati Iran setelah dilantik. Iran telah mengancam untuk menyerang Israel di tengah perang melawan Hamas di Jalur Gaza, dan setelah gencatan senjata dimulai dalam kampanyenya di Lebanon. Trump sendiri telah menarik Amerika Serikat dari perjanjian nuklir dengan Iran pada tahun 2018.
Reaksi Iran Terhadap Kecaman IAEA
Meskipun Iran tidak memberikan komentar langsung terkait laporan IAEA, mereka telah mengancam untuk memajukan program nuklir mereka setelah Dewan Gubernur IAEA mengutuk Iran atas kurangnya kerjasama dengan badan tersebut. Iran juga telah menguraikan rencana mereka untuk memasukkan uranium ke dalam mesin sentrifugal canggih IR-2M, IR-4, dan IR-6.
Persiapan Iran Menuju Pengayaan Uranium
Belum jelas apakah Iran telah memulai proses pengayaan uranium dengan mesin sentrifugal baru ini. Namun, dengan memulai pengayaan pada tingkat 5 persen, Iran dapat menggunakan hal ini sebagai alat negosiasi terhadap Barat dan juga sebagai cara untuk meningkatkan tekanan jika mereka tidak puas dengan hasilnya. Pengayaan uranium untuk senjata biasanya mencapai tingkat 90 persen.
Sejarah Program Nuklir Iran
Sejak penarikan Amerika Serikat dari perjanjian nuklir dengan Iran pada tahun 2018, Iran telah meningkatkan upaya mereka dalam pengayaan nuklir. Meskipun Badan Intelijen Amerika dan pihak lainnya menyatakan bahwa Iran belum memulai program senjata nuklir.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan keprihatinan mereka terhadap langkah Iran ini. Mereka menegaskan bahwa produksi uranium yang diperkaya hingga 60 persen oleh Iran tidak memiliki pembenaran sipil yang kredibel.
Sebagai pihak yang menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir, Iran telah berjanji untuk mengizinkan IAEA mengunjungi situs-situs nuklir mereka untuk memastikan program nuklirnya berjalan untuk keperluan damai. Namun, selama bertahun-tahun Iran telah membatasi akses pengawas ke situs-situs tersebut, meningkatkan ketegangan di arena internasional.
Langkah Iran ini akan memiliki dampak yang signifikan terhadap ketegangan di Timur Tengah dan hubungan internasional secara keseluruhan. Perlu adanya dialog dan negosiasi yang efektif untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dari situasi ini.