Iptek  

Diharapkan Moratorium Pembangunan Mampu Menjaga Keseimbangan Pariwisata di Bali

Pariwisata Bali: Antara Harapan dan Kekhawatiran

Mengapa Moratorium Pembangunan Hotel di Bali Menjadi Sorotan?

Warga Bali yang semakin jenuh dengan pembangunan pariwisata yang masif, berharap bahwa rencana penghentian sementara pembangunan hotel di Pulau Dewata dapat mengembalikan ketenangan seperti di masa lampau. Khawatir dengan pariwisata yang semakin tak terkendali, banyak warga Bali merindukan masa lalu yang lebih tenang, seperti yang dirasakan penduduk di kota-kota wisata terkenal Eropa. Menanggapi hal ini, pemerintah baru-baru ini mengumumkan rencana moratorium pembangunan hotel, vila, dan klub malam selama dua tahun di Bali. Namun, rencana ini belum dikonfirmasi oleh pemerintah Presiden Prabowo Subianto.

Perubahan Lanskap Pariwisata Bali

Dulu, Canggu adalah desa pesisir yang damai di Bali selatan dengan pemandangan Samudra Hindia dan sawah yang luas. Namun, kondisi tersebut berubah setelah para peselancar asing menemukan ombak yang bagus untuk berselancar beberapa dekade lalu, dan kemudian turis berbondong-bondong mendatangi tempat itu. Sekarang, desa tersebut dipadati dengan hotel dan penginapan, jalan-jalannya dipenuhi mobil, skuter, dan truk.

Peran Warga Lokal dalam Pelestarian Lingkungan

Warga setempat mulai merasakan dampak dari pariwisata yang berlebihan. Kadek Candrawati, seorang pemilik jasa penyewaan sepeda motor di Canggu, mengungkapkan kekhawatirannya atas hilangnya ketenangan dan kehijauan di daerah tersebut. Dia berharap agar pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk memastikan Bali tetap hijau, lestari, dan budaya lokal terpelihara. Kelompok pemerhati lingkungan hidup, Walhi, juga menyoroti pertumbuhan pesat akomodasi pariwisata di Pulau Dewata yang dianggap sudah sangat berlebihan.

Dampak Buruk Pariwisata yang Berlebihan

Kerusakan pada keindahan alam Bali semakin tampak nyata. Pantai-pantai yang biasanya bersih kini dipenuhi sampah plastik, sementara penggunaan air tanah yang berlebihan membuat lebih dari separuh sungai di Bali mengering. Pariwisata yang berlebihan juga memberi tekanan pada sistem irigasi Subak, yang telah diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO. Kekhawatiran warga lokal semakin meningkat setelah viralnya sebuah video penggalian tebing batu kapur di Pecatu, Bali selatan, yang menyebabkan bongkahan tanah ambrol ke laut.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Pemerintah Bali menyatakan bahwa rencana moratorium pembangunan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara keuntungan ekonomi dari pariwisata dan pelestarian keindahan alam Bali. Namun, tidak semua orang mendukung usulan moratorium tersebut. Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Bali meminta agar dilakukan kajian lebih mendalam sebelum moratorium diterapkan. Dia mengatakan langkah tersebut bisa berdampak buruk bagi penduduk setempat yang bergantung pada sektor pariwisata.

Menjaga Keseimbangan antara Pembangunan dan Lingkungan

Selain itu, pemerintah Joko Widodo pernah berjanji untuk membekukan pembangunan terkait pariwisata dan proyek kereta api ringan guna memperlancar lalu lintas di Bali. Namun, Prabowo, yang belum memberikan komentar terkait rencana tersebut, diragukan akan memutuskan untuk menerapkan moratorium di Bali. Dalam pertemuan dengan pejabat setempat, ia malah berjanji akan membangun bandara internasional kedua untuk menjadikan Bali sebagai “Singapura baru, Hong Kong baru… pusat ekonomi.”

Kesimpulan

Pariwisata Bali menghadapi tantangan yang kompleks, antara harapan untuk pertumbuhan ekonomi dan kekhawatiran akan dampak lingkungan yang semakin nyata. Dengan peran semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat lokal, dan pelaku pariwisata, diharapkan dapat menciptakan keseimbangan yang baik antara pembangunan dan pelestarian alam. Moratorium pembangunan hotel di Bali menjadi langkah awal yang penting dalam menjaga keindahan dan keberlanjutan Pulau Dewata untuk generasi mendatang.

Please rewrite this sentence.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *