Pada perundingan terbaru di Busan, Korea Selatan, para perunding dari berbagai negara sedang berjuang untuk mencapai kesepakatan internasional yang akan membatasi produksi plastik dan mengurangi dampaknya terhadap lingkungan dan emisi pemanasan iklim. Perjanjian yang diharapkan akan dihasilkan dari perundingan ini bisa menjadi kesepakatan paling signifikan sejak Perjanjian Paris 2015.
Perdebatan Sengit Mengenai Pembatasan Polusi Plastik
Para perunding yang menginginkan perjanjian internasional untuk membatasi polusi plastik menghadapi perdebatan sengit pada hari terakhir perundingan. Lebih dari 100 negara yang mendukung perjanjian tersebut berhadapan dengan negara-negara penghasil minyak yang ingin fokus hanya pada sampah plastik.
Pertemuan Terakhir untuk Perjanjian Yang Mengikat Secara Hukum
Pertemuan Komite Perundingan Antar-pemerintah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang kelima dan terakhir untuk menghasilkan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum akan berakhir di Busan. Namun, hingga saat ini, sesi pleno terakhir belum ditetapkan.
Perbedaan Pendapat Mengenai Cakupan Dasar Perjanjian
Negara-negara masih berbeda pendapat mengenai cakupan dasar perjanjian tersebut. Belum ada kesepakatan antara opsi yang diusulkan oleh Panama yang menciptakan jalur untuk mencapai target pengurangan produksi plastik global, dan opsi lain yang tidak menerapkan pembatasan produksi sama sekali.
Negosiasi Terkait Produksi Plastik
Negara-negara tertentu masih tidak mengabulkan tuntutan hingga saat ini. Beberapa negosiator mengatakan bahwa negara-negara tersebut terus menunda proses negosiasi.
Peran Uni Eropa dalam Perundingan
Anthony Agotha, Utusan Khusus Uni Eropa untuk Perubahan Iklim dan Lingkungan, mengungkapkan kekhawatiran terhadap sikap beberapa negara yang tidak proaktif dalam mencapai kesepakatan. Dia menekankan pentingnya menangani siklus hidup plastik secara menyeluruh untuk mengatasi krisis lingkungan yang sedang terjadi.
Para ketua delegasi berfoto bersama usai memberi keterangan pers mengenai kesepakatan global untuk membatasi produksi plastik di Busan, Korea Selatan.
Taktik Prosesural Negara Penghasil Minyak
Sejumlah negara penghasil petrokimia, seperti Arab Saudi, menentang upaya untuk menargetkan produksi plastik dan mencoba menggunakan taktik prosedural untuk menunda negosiasi. Hal ini menimbulkan ketegangan di antara negara-negara peserta.
Negara-Negara Penghasil Polimer Utama
China, Amerika Serikat, India, Korea Selatan, dan Arab Saudi adalah lima negara penghasil polimer utama pada 2023 menurut data Eunomia. Peran negara-negara ini sangat penting dalam pembahasan mengenai produksi plastik secara global.
Khawatir akan Kegagalan Perundingan
Dengan waktu yang semakin terbatas dan konsensus yang sulit dicapai, beberapa negosiator dan pengamat khawatir bahwa perundingan tersebut akan gagal atau diperpanjang ke sesi berikutnya. Ketua delegasi Panama, Juan Carlos Monterrey Gomez, menegaskan pentingnya mencapai kesepakatan untuk mengurangi dampak produksi plastik terhadap lingkungan.
Dampak Produksi Plastik pada Lingkungan
Produksi plastik diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050. Mikroplastik telah ditemukan di udara, produk segar, dan bahkan ASI, menunjukkan betapa seriusnya masalah polusi plastik ini.
Perjanjian internasional yang diharapkan dapat dihasilkan dari perundingan ini menjadi langkah penting dalam upaya global untuk melindungi lingkungan dan mengurangi emisi pemanasan iklim. Semua pihak diharapkan dapat bekerja sama untuk mencapai kesepakatan yang bermanfaat bagi bumi kita.