Pengetahuan tentang Down Syndrome
Down syndrome, atau sindrom down, merupakan kondisi keterbelakangan fisik dan mental yang disebabkan oleh perkembangan kromosom 21 yang tidak normal. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya satu dari 691 bayi terlahir dengan kondisi down syndrome di Amerika. Di Indonesia, rasio ini hampir sama, dengan satu dari 700 bayi terlahir dengan kondisi tersebut.
Pemberdayaan Orang Tua
Eliza Octavianti Rogi, Ketua Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS), menekankan pentingnya pemberdayaan orang tua yang memiliki anak dengan down syndrome. Melalui berbagai kegiatan seperti sharing, seminar, dan workshop, orang tua diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk membesarkan anak dengan down syndrome.
Pendampingan untuk Orang Tua Baru
POTADS juga memberikan pendampingan kepada orang tua yang baru memiliki anak dengan down syndrome. Proses penerimaan dan pengasuhan anak dengan kondisi ini dapat menjadi tantangan, dan oleh karena itu, dukungan dan bimbingan sangat diperlukan.
Kemampuan Interaksi yang Luar Biasa
Meskipun memiliki IQ yang relatif rendah, anak-anak dengan down syndrome memiliki kemampuan interaksi yang besar. Mereka cenderung lebih sosial, ramah, dan mau berkomunikasi dengan orang lain.
Mengatasi Stigma dan Diskriminasi
Anak-anak dengan down syndrome masih sering menghadapi stigma dan diskriminasi dalam masyarakat. Penting untuk mengubah pandangan negatif ini dan memberikan kesempatan yang sama bagi mereka untuk berkembang dan berkontribusi pada masyarakat.
POTADS Go To School
Program POTADS Go To School merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang anak-anak dengan down syndrome. Melalui kegiatan inklusif di sekolah-sekolah, anak-anak ini dapat memperkenalkan diri dan potensi mereka kepada orang lain.
Menumbuhkan Kemandirian
Berbagai kesuksesan telah diraih oleh penyandang down syndrome, mulai dari menjadi barista, menekuni usaha kebersihan rumah, hingga bekerja di perusahaan. Mereka memiliki tekad untuk hidup mandiri dan berkontribusi positif pada masyarakat.
Faktor Risiko dan Pencegahan
Riset Kesehatan Dasar mencatat bahwa faktor risiko kelahiran bayi dengan down syndrome antara lain usia ibu yang tua saat hamil, faktor genetik, kurangnya asupan folat, dan paparan zat kimia. Penting untuk melakukan pencegahan dan perawatan yang tepat selama kehamilan.
Mengatasi Stigma dan Eksklusi Sosial
Komnas Perempuan mencatat bahwa perempuan dengan down syndrome rentan mengalami stigma negatif, keterbatasan akses pendidikan dan pekerjaan, serta eksklusi sosial. Sebagai masyarakat, kita perlu bersama-sama untuk mengakhiri stereotip dan memberikan dukungan kepada mereka.